Halaman

Selasa, 31 Juli 2012

Mungkin Ini Ramadan Terakhirku [ part 2 ]


Beruntungnya keluargaku, setelah kejadian tersebut suamiku sembuh. Meski tidak sesehat dulu, tapi kami bersama-sama memperbaiki diri dengan mulai sholat dan berpuasa. Sekalipun dokter masih melarang suamiku untuk banyak beraktivitas, suamiku menolak dan bersikukuh untuk melaksanakan sholat dan puasa. Dia mengaku takut dengan siksa yang seperti yang ada di mimpinya.
Alhamdulillah, di tiga hari menjelang Ramadhan usai itu, aku dan suamiku sempat menjalankan puasa dan belajar untuk kembali sholat. Hingga lewat enam bulan lamanya dari bulan penuh ampunan tersebut, suamiku membisikkan kalimat yang susah kumengerti.
"Ramadhan lalu adalah terakhir di sepanjang hidupku. Sebelumnya, aku tak pernah menjalankannya, tapi kemarin aku menjalankannya selama tiga hari dan sisanya kubayar di hari lain."
Rupanya, percakapan tersebut adalah percakapan terakhir kami. Dalam situasi dan kondisi yang tak terduga, suamiku meninggalkan aku dan anak-anak untuk selamanya. Tanpa sakit, tanpa sebab, tapi karena umurnya memang hanya sebatas itu.
**
Kini, dua tahun dari hari terakhir aku melihatnya, tepat di bulan suci aku memanjatkan doa dan ampunan bagi keluargaku, terlebih aku dan suamiku. Sejujurnya, aku takut ini adalah Ramadhan terakhirku dimana aku belum sepenuhnya menjadi hamba yang taat kepada-Nya. Dimana aku tengah berusaha untuk memperbaiki diri atas segala kesalahan selama 35 tahun aku hidup.
Sungguh, peristiwa tersebut adalah satu peristiwa yang paling bermakna di sepanjang hidupku dimana aku tahu bahwa hidup adalah sepenuhnya milik-Nya. Apa yang kita lakukan saat di dunia, itulah yang akan kita dapatkan di akhirat. Sudah siapkah kita dengan datangnya hari pembalasan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar