System of Rice Intensification
1. Inovasi metode SRI
SRI
adalah teknik budidaya padi yang mampu meningkatkan produktifitas padi
dengan cara mengubah pengelolaan tanaman, tanah, air dan unsur hara,
terbukti telah berhasil meningkatkan produktifitas padi sebesar 50% ,
bahkan di beberapa tempat mencapai lebih dari 100%. Metode ini pertama
kali ditemukan secara tidak disengaja di Madagaskar antara tahun 1983
-84 oleh Fr. Henri de Laulanie, SJ, seorang Pastor Jesuit asal Prancis
yang lebih dari 30 tahun hidup bersama petani-petani di sana. Oleh
penemunya, metododologi ini selanjutnya dalam bahasa Prancis dinamakan
Ie Systme de Riziculture Intensive disingkat SRI. Dalam bahasa Inggris
populer dengan nama System of Rice Intensification disingkat SRI.
Tahun
1990 dibentuk Association Tefy Saina (ATS), sebuah LSM Malagasy untuk
memperkenalkan SRI. Empat tahun kemudian, Cornell International
Institution for Food, Agriculture and Development (CIIFAD), mulai
bekerja sama dengan Tefy Saina untuk memperkenalkan SRI di sekitar
Ranomafana National Park di Madagaskar Timur, didukung oleh US Agency
for International Development. SRI telah diuji di Cina, India,
Indonesia, Filipina, Sri Langka, dan Bangladesh dengan hasil yang
positif.
SRI
menjadi terkenal di dunia melalui upaya dari Norman Uphoff (Director
CIIFAD). Pada tahun1987, Uphoff mengadakan presentasi SRI di Indonesia
yang merupakan kesempatan pertama SRI dilaksanakan di luar Madagaskar.
Hasil
metode SRI sangat memuaskan. Di Madagaskar, pada beberapa tanah tak
subur yang produksi normalnya 2 ton/ha, petani yang menggunakan SRI
memperoleh hasil panen lebih dari 8 ton/ha, beberapa petani memperoleh
10 – 15 ton/ha, bahkan ada yang mencapai 20 ton/ha. Metode SRI minimal
menghasilkan panen dua kali lipat dibandingkan metode yang biasa dipakai
petani. Hanya saja diperlukan pikiran yang terbuka untuk menerima
metode baru dan kemauan untuk bereksperimen. Dalam SRI tanaman
diperlakukan sebagai organisme hidup sebagaimana mestinya, bukan
diperlakukan seperti mesin yang dapat dimanipulasi. Semua unsur potensi
dalam tanaman padi dikembangkan dengan cara memberikan kondisi yang
sesuai dengan pertumbuhannya.
2 . Prinsip-prinsip budidaya padi organik metode SRI
- Tanaman bibit muda berusia kurang dari 12 hari setelah semai (hss) ketika bibit masih berdaun 2 helai;
- Bibit ditanam satu pohon perlubang dengan jarak 30 x 30, 35 x 35 atau lebih jarang;
- Pindah tanam harus sesegera mungkin (kurang dari 30 menit) dan harus hati-hati agar akar tidak putus dan ditanam dangkal;
- Pemberian air maksimal 2 cm (macak-macak) dan periode tertentu dikeringkan sampai pecah (Irigasi berselang/terputus);
- Penyiangan sejak awal sekitar 10 hari dan diulang 2-3 kali dengan interval 10 hari;
- Sedapat mungkin menggunakan pupuk organik (kompos atau pupuk hijau).
3. Keunggulan metode SRI
- Tanaman hemat air, Selama pertumbuhan dari mulai tanam sampai panen memberikan air max 2 cm, paling baik macak-macak sekitar 5 mm dan ada periode pengeringan sampai tanah retak (Irigasi terputus);
- Hemat biaya, hanya butuh benih 5 kg/ha. Tidak memerlukan biaya pencabutan bibit, tidak memerlukan biaya pindah bibit, tenaga tanam kurang dll.;
- Hemat waktu, ditanam bibit muda 5 - 12 hss, dan waktu panen akan lebih awal;
- Produksi meningkat, di beberapa tempat mencapai 11 ton/ha;
- Ramah lingkungan, tidak menggunaan bahan kimia dan digantikan dengan mempergunakan pupuk organik (kompos, kandang dan Mikro-oragisme Lokal), begitu juga penggunaan pestisida.
4. Teknik Budidaya Padi Organik metode SRI
a. Persiapan benih
Benih
sebelum disemai diuji dalam larutan air garam. Larutan air garam yang
cukup untuk menguji benih adalah larutan yang apabila dimasukkan telur,
maka telur akan terapung. Benih yang baik untuk dijadikan benih adalah
benih yang tenggelam dalam larutan tersebut. Kemudian benih telah diuji
direndam dalam air biasa selama 24 jam kemudian ditiriskan dan diperam 2
hari, kemudian disemaikan pada media tanah dan pupuk organik (1:1) di
dalam wadah segi empat ukuran 20 x 20 cm (pipiti). Selama 7 hari.
Setelah umur 7-10 hari benih padi sudah siap ditanam.
b. Pengolahan tanah
Pengolahan
tanah Untuk Tanam padi metode SRI tidak berbeda dengan cara pengolahan
tanah untuk tanam padi cara konvesional yaitu dilakukan untuk
mendapatkan struktur tanah yang lebih baik bagi tanaman, terhidar dari
gulma. Pengolahan dilakukan dua minggu sebelum tanam dengan menggunakan
traktor tangan, sampai terbentuk struktur lumpur. Permukaan tanah
diratakan untuk mempermudah mengontrol dan mengendalikan air.
c. Perlakuan pemupukan
Pemberian
pupuk pada SRI diarahkan kepada perbaikan kesehatan tanah dan
penambahan unsur hara yang berkurang setelah dilakukan pemanenan.
Kebutuhan pupuk organik pertama setelah menggunakan sistem konvensional
adalah 10 ton per hektar dan dapat diberikan sampai 2 musim taman.
Setelah kelihatan kondisi tanah membaik maka pupuk organik bisa
berkurang disesuaikan dengan kebutuhan. Pemberian pupuk organik
dilakukan pada tahap pengolahan tanah kedua agar pupuk bisa menyatu
dengan tanah.
d. Pemeliharaan
Sistem
tanam metode SRI tidak membutuhkan genangan air yang terus menerus,
cukup dengan kondisi tanah yang basah. Penggenangan dilakukan hanya
untuk mempermudah pemeliharan. Pada prakteknya pengelolaan air pada
sistem padi organik dapat dilakukan sebagai berikut; pada umur 1-10 HST
tanaman padi digenangi dengan ketinggian air ratarata 1cm, kemudian pada
umur 10 hari dilakukan penyiangan.
Setelah
dilakukan penyiangan tanaman tidak digenangi. Untuk perlakuan yang
masih membutuhkan penyiangan berikutnya, maka dua hari menjelang
penyiangan tanaman digenang. Pada saat tanaman berbunga, tanaman
digenang dan setelah padi matang susu tanaman tidak digenangi kembali
sampai panen. Untuk mencegah hama dan penyakit pada SRI tidak digunakan
bahan kimia, tetapi dilakukan pencengahan dan apabila terjadi gangguan
hama/penyakit digunakan pestisida nabati dan atau digunakan pengendalian
secara fisik dan mekanik.
5. Pertanian Padi Organik Metode SRI dan Konvesional.
Sistem tanam padi SRI, pada prakteknya memiliki banyak perbedaan dengan sistem tanam Konvensional (Tabel 3)
Tabel 3. Perbedaan sisten tanam padi Organik SRI dengan sistem Konvensional
6. Perbedaan Hasil Cara SRI dengan Konvensional
Kebutuhan
pupuk organik dan pestisida untuk padi organik metode SRI dapat
diperoleh dengan cara mencari dan membuatnya sendiri. Pembuatan kompos
sebagai pupuk dilakukan dengan memanfaatkan kotoran hewan, sisa tumbuhan
dan sampah rumah tangga dengan menggunakan aktifator MOL (Mikro
Organisme Lokal) buatan sendiri, begitu pula dengan pestisida dicari
dari tumbuhan behasiat sebagai pengendali hama. Dengan demikian biaya
yang keluarkan menjadi lebih efisien dan murah.
Penggunaan
pupuk organik dari musim pertama ke musim berikutnya mengalami
penurunan rata-rata 25% dari musim sebelumnya. Sedangkan pada metode
konvensional pemberian pupuk anorganik dari musim ke musim cenderung
meningkat, kondisi ini akan lebih sulit bagi petani konvensional untuk
dapat meningkatkan produsi apalagi bila dihadapkan pada kelangkaan pupuk
dikala musim tanam tiba.
Pemupukan
dengan bahan organik dapat memperbaiki kondisi tanah baik fisik, kimia
maupun biologi tanah, sehingga pengolahan tanah untuk metode SRI menjadi
lebih mudah dan murah, sedangkan pengolahan tanah yang menggunakan
pupuk anorganik terus menerus kondisi tanah semakin kehilangan bahan
organik dan kondisi tanah semakin berat, mengakibatkan pengolahan
semakin sulit dan biaya akan semakin mahal.
Tabel 4. Analisa Usaha Tani Cara Konvensional dan Metode SRI setelah Musim ke 2 (1 Ha)
Hasil
panen pada metode SRI pada musim pertama tidak jauh berbeda dengan
hasil sebelumnya (metode konvensional) dan terus meningkat pada musim
berikutnya sejalan dengan meningkatnya bahan organik dan kesehatan
tanah.
Beras
organik yang dihasilkan dari sistem tanam di musim pertama memiliki
harga yang sama dengan beras dari sistem tanam konvesional, harga ini
didasarkan atas dugaan bahwa beras tersebut belum tergolong organik,
karena pada lahan tersebut masih ada pupuk kimia yang tersisa dari musim
tanam sebelumnya. Dan untuk musim berikutnya dengan menggunakan metode
SRI secara berturut-turut, maka sampai musim ke 3 akan diperoleh beras
organik dan akan memiki harga yang lebih tinggi dari beras padi dari
sistem konvensional.
7. Manfaat Sistem SRI
Secara umum manfaat dari budidaya metode SRI adalah sebagai berikut:
- Memulihkan kesehatan dan kesuburan tanah, serta mewujudkan keseimbangan ekologi tanah
- Membentuk petani mandiri yang mampu meneliti dan menjadi ahli di lahannya sendiri, tidak tergantung pada pupuk dan pertisida kimia buatan pabrik yang semakin mahal dan terkadang langka
- Membuka lapangan kerja dipedesaan, mengurangi pengangguran dan meningkatkan pendapatan keluarga petani
- Menghasilkan produksi beras yang sehat rendemen tinggi, serta tidak mengandung residu kimia
- Mewariskan tanah yang sehat untuk generasi mendatang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar